Selasa, 11 Januari 2011

Rupiah Uang Sampah

Rupiah Uang Sampah

Mungkin sedikit kaget bila medengar istilah rupiah uang sampah, inilah fakta yang beredar dikalangan pelaku bisnis internasional. Walau hanya sekedar istilah bagi pemain bisnis, akan tetapi ini juga merupakan tamparan yang hebat bagi otoritas moneter negeri ini. Indonesia menduduki peringkat enam dari sepuluh besar mata uang yang dikategoriakan uang sampah. Nilai rupiah mencapai Rp. 9040,00 per satu dolar US (per 7 /10/2011) atau sama dengan $ 0.000110610 per satu rupiah. Dalam nilai mata uangnya dianggap mata uang sampah karena nolnya terlalu banyak, contohnya ada mata uang seratus ribu rupiah dengan jumlah nol mencapai 5 digit.
Pecahan dengan nilai digit nol yang banyak bagi sebagian kalangan dirasa sangat menyulitkan untuk melakukan trasaksi. Hal inilah salah satu alasan mengapa mata uang rupiah dianggap sampah dan mungkin tidak ada nilainya. Bahkan masayarakat internasioanal enggan menggunakan mata uang ini sabagai alat transakasi karena dianggap ribet dan tak bernilai.
Maka dari itu BI sebagai pemengang kendali otoritas moneter mencetuskan wacana redenominasi atau pemengkasan angka nol untuk menyederhanakan nilai mata uang rupiah. Akan tetapi pertanyaanya adalah apakah efektif redenominasi sebagai solusi menyehatkan rupiah? Apakah hal ini bisa menjamin nilai rupiah akan tetap konstan dan stabil?
Pertanyaan-pertanyaan seputar rupiah selayaknya patut kita pertanyakan pada otoritas moneter negeri ini. Apakah mereka sanggup menjawab segala problematika permasalahan seputar rupiah. Mereka memliki wewenang dalam meregulasi, mendistribusi , dan mengontrol nilai dan peredaran mata uang ini.
Fenomena tersebut adalah bentuk kegagalan otoritas moneter negeri ini untuk mengendalikan nilai rupiah. Betapa tidak becusnya pemegang otoritas moneter selama bertahun-tahun untuk menjaga ritme nilai rupiah. Nilai tikar kita akan semakin lemah dibandingakn mata uang asing apalagi terhadap dolar yang sebagai mata uang perdagangan internasional. Bisa saja jika tetap seperti ini rupiah akan semakin terkucilkan dari pergaulan dunia dan dianggap remeh karena tidak stabil dan nilainya jatuh. Terus merosotnya nilai rupiah akan sangat mempengaruhi kondisi perekonomian.
Terlepas dari kinerja otoritas moneter bekerja kondisi dalam negeri juga sangat memperngaruhi. Dimana kondisi politik yang tidak menentu, iklim investasi yang was-was, rawan bencana dan sebagainya adalah faktor lain yang sangat membantu memperlancar lemahnya mata uang kita. Akan tetapi hal ini tidak akan terlalu berpengaruh besar jika pengelola negerara beserta otorias moneternya yang tangguh mampu mengatasi segala problematikanya.
Kini yang patut difikirkan adalah bagaimana caranya untuk menyelasaikan permaslahan-permasalahan yang ada. Redenominasi mungkin salah satu alternatif awal akan tetapi jika nilai mata uang sudah disederhanakan apakah menjamin akan tetap stabil dan tidak terulang lagi kondisi seperti ini. Hal lain yang harus coba ditemukan solusinya adalah bagaiman acara menjaga mata uang rupiah agar tetap stabil dan tidak lagi terjebak dalam permainian mata uang.
Kepercayaan terhadap mata uang rupiah oleh para pelaku pasar global akan ikut mendongkrak nilai mata uang agar tetap stabil. Perekonomian pun pelan-pelan juga merangsak naik menjadikan negeri ini sebagai kekuatan baru didunia dimasa depan.



                                                             Oleh,
KUNCOROADI P 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar